Friday 20 December 2013

Teko dan Puasa Kita

Teko akan mengeluarkan sesuatu sesuai dengan isinya. Jika teko diisi air putih maka akan mengeluarkan air putih. Jika teko diisi air susu maka yang akan keluar darinya juga air susu. Jika teko diisi air comberan ia pun akan mengeluarkan air comberan. Tidak akan pernah terjadi, teko yang berisi air susu, saat dituangkan keluar air comberan, demikian sebaliknya.
Demikianlah perilaku setiap manusia, apa yang keluar dari lisannya mencerminkan kualitas pribadi yang sesungguhnya. Bolehlah orang memakai baju koko, sorban, peci putih, jenggot panjang, jidat hitam, jilbab panjang, atau aksesoris positif lainnya, namun semua itu hanyalah casing (bungkus) luar saja.
Bungkus fisik luar bisa jadi membuat kita terpesona. Bisa jadi kita menemui sosok lelaki dengan aksesoris fisik yang mencerminkan pribadi yang kelihatan sholih. Namun dengan berinteraksi beberapa saat, kita bisa tahu kualitas dia sesungguhnya. Lewat tutur katanya kita segera tahu kedalaman ilmunya, keluasan pengetahuannya, ketinggian budi pekertinya dan seluruh sisi kepribadiannnya. Lewat perilakunya, kita tahu kualitas akhlaknya.
Jika ada orang yang setiap ketemu selalu menceritakan berbagai hal negatif, baik yang menimpanya atau terkait orang lain, kita segera tahu bahwa dia model manusia pesimis dan penebar energi negatif. Jika ada orang yang setiap ketemu selalu membicarakan gosip dan aib orang lain, kita bisa pastikan bahwa isi hatinya menyimpan kebusukan. Meskipun secara fisik orangnya berpenampilan seperti seorang ustadz atau tokoh agama, karena penampilan cuma casing. Ingat, yang keluar dari teko adalah isi yang sesungguhnya.

Puasa dan isi Teko kita
Selama bulan Ramadhan kita dikondisikan untuk melakukan berbagai aktivitas kebaikan dan dikondisikan untuk menjauhi keburukan. Sering kita jumpai saat bercengkerama dengan masyarakat ada yang berkata, "Ssst jangan ghibah, kita sedang puasa." Artinya, orang tersebut sadar bahwa ghibah itu haram dan bisa mengurangi kualitas ibadah puasa seorang.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda. "Puasa bukanlah menjaga diri dari makan, minum semata, tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji. Jika ada orang yang mencelamu, katakanlah : Aku sedang puasa, aku sedang puasa."
Bulan Ramadhan hadir salah satuya untuk menguras dan membersihkan "isi teko" yang kotor dari dalam diri kita. Ramadhan hadir untuk mengisi kembali isi "teko" dalam diri kita dengan isi yang baik-baik.
Jika selama bulan Ramadhan kita sudah bisa menjauhi hal-hal yang mengurangi atau menghilangkan pahala puasa, maka selepas Ramadhan setiap muslim akan memiliki pengendali diri yang muncul secara otomatis saat tanpa sadar jatuh pada maksiat, karena telah muncul kebiasaan baru selama sebulan penuh. Veteran Ramadhan yang sukses, akan memiliki sensitifitas diri terhadap dosa meskipun kecil atau sepele.
Pada akhirnya, waktu yang akan membuktikan, apakah isi teko kita berisi minuman yang baik ataukah isi teko kita masih berisi air kotor atau air comberan. Jika isi teko kita baik, tentu yang keluar darinya juga sesuatu yang baik-baik. Jika yang keluar dari isi teko masih sesuatu yang keji atau buruk, berarti demikianlah isi teko kita sesungguhnya, demikian pula pribadi kita sesungguhnya.
Lebih dari itu, ucapan dan perilaku kita pasca Ramadhan merupakan bukti tak terbantahkan, apakah kita veteran puasa Ramadhan yang gagal atau menjadi veteran Ramadhan yang berhasil. Hasil ibadah puasa itu tercermin pada perilaku dan sikap seorang Muslim setelah Ramadhan. Jangan sampai kita menjadi kelompok orang yang disebutkan Rasulullah SAW berikut, "Beberapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga" (HR Bukhari dan Muslim)

sumber : Hadila edisi 51


0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More